JIH – Jakarta Islamic Hospital membuka pelayanan inseminasi intra uterin untuk memberikan solusi bagi pasangan suami istri yang mengalami gangguan fungsi reproduksi. Berikut informasi mengenai teknik reproduksi inseminasi.

Apa itu inseminasi?
Teknik reproduksi inseminasi atau Intra Uterine Insemination (IUI) adalah cara memasukkan sel-sel sperma yang telah dipreparasi (pencucian sperma supaya lebih aktif spermanya) langsung ke dalam rongga rahim dengan suatu kateter pada saat menjelang ovulasi (masa subur).
Kenapa dokter menganjurkan?

Dokter menemukan adanya gangguan fungsi reproduksi, yang meliputi hal-hal berikut:

  1. Gangguan penyampaian sel-sel sperma ke dalam vagi na karena kerusakan anatomi pada penis atau vagina, disfungsi seksual pada pria/wanita, atau ejakulasi retrograd (tertahan),
  2. Hasil uji pasca sanggama yang buruk yaitu kemampuan sel-sel sperma untuk hidup dan berenang di dalam cairan rahim wanita kurang baik,
  3. Gangguan factor lendir dan leher rahim, dengan insem sperma dikirim langsung ke rahim tanpa menyentuh vagina,
  4. Berkurangnya jumlah,bentuk, dan gerakan sel-sel sperma (oligoasthenozoospermia) tingkat sedang. Dengan insem, akan “memotong” perjalanan sel sperma melewati organ reproduksi wanita. Namun keberhasilan insem masih sangat ditentukan oleh jumlah sperma (idealnya masih di atas 200.000.000/cc)
  5. Gangguan hormon seperti gangguan fase luteal atau sindroma LUF dan setelah dicoba dengan pengobatan selama beberapa bulan tapi tidak berhasil,
  6. Endometriosis minimal,
  7. Infertilitas yang belum diketahui sebabnya. Syaratnya? Pasangan suami istri sah dengan usia istri tidak lebih dari 45 tahun (idealnya kurang dari 35 tahun ). Tidak ada kontra indikasi untuk hamil, reproduksi istri dapat merespon terhadap obat pemicu ovulasi, kedua sal telur normal, bebas dari infeksi TORSH-KM, hepatitis, sifilis, dan HIV/AIDS.

PERSIAPAN ISTRI?
Data diri pasien, riwayat kehamilan, dan siklus haid 6 bulan terakhir

  1. Pemeriksaan ginekologis, misalnya tidak ada infeksi,
  2. Pemeriksaan USG transvaginal
  3. Pemeriksaan HSG untuk melihat keadaan sal telur dan rahim (HSG ini merupakan suatu proses dimana istri berbaring dan dimasuki sebuah cairan kontras yang disemprotkan ke rahim melalui vagina, dan beberapa menit kemudia dilihat di layar sinar X apakah ada penyumbatan/tidak)
  4. Pemeriksaan hormonal untuk melihat FSH,LH,P$, dan E2. Namun bgiasanya ini dilakukan pada wanita dengan siklus haid tak teratur, amenorea, dan kurang respon terhadap obat-obatan pemicu ovulasi,
  5. Trial sounding (sondase rahim) untuk mengetahui arah panjang leher dan rongga rahim
  6. Analisa, sperma (pada suami) termasuk pemeriksaan antibody sperma.

Bagaimana prosedur pelaksanaannya?

  1. Pada istri diberi obat untuk memicu ovulasi. Pemberian tergantung pada kasus,
  2. Pasangan suami istri normal hanya diberi klomifen sitrat (serophene dll) mulai hari ke 3-5 menstruasi selama 5 hari,
  3. Pasangan suami istri dengan masalah seperti anovulasi atau gangguan hormon diberi HMG atau FSH untuk memicu perkembangan sel telur. Dosis ini umumnya diberikan pada hari ke5-9,
  4. Pemeriksaan USG vaginal untuk melihat perkembangan folikel, Setelah dilihat dan sel telur ukurannya sudah mencapai minimal 18mm maka akan diberikan suntikan HCG untuk memecah sel telur, ovulasi (pecahnya folikel dan mengeluarkan sel telur) terjadi 36-42 jam setelah suntik HCG,
  5. Tahap pelaksanaan yaitu pemasukan sel-sel sperma yang telah di “cuci” ke rongga rahim. Dilakukan 36 jam setelah suntik HCG,7.Kehamilan bisa dilihat dari haid tidak pada siklus selanjutnya.

PERSIAPAN SUAMI
Sebelum insem, suami diperiksa cairan spermanya untuk melihat apakah memungkinkan untuk insem. Pada hari perkiraan insem suami harus menahan ejakulasi setidaknya 2-3 hari untuk mendapatkan jumlah dan kualitas yang baik pada sperma.
Kapan pria berejakulasi untuk insem?
Minimal 2 jam sebelum insem, cairan sperma sudah diberikan ke lab untuk di”cuci”. Disarankan untuk dikeluarkan di klinik infertile (ada tempat khususnya).
Mengapa sel sperma perlu di”cuci”?
Untuk menghitung konsentrasi, motilitas, morfologi sel sperma. Melalui pencucian, jumlah dan kualitas sperma akan sedikit meningkat.
TEKNIK PELAKSANAAN INSEMINASI

  1. Pasien berbaring telentang di meja periksa khusus yang biasa periksa dalam atau ibu hamil. Pasien tidur dg posisi pinggang lebih tinggi dari badan dan kepala. Kaki dalam posisi terbuka dan tegantung pada penyangga kiri dan kanan,
  2. Dokter memasukkan speculum, yaitu alat untuk memeriksa bag dalam yang terbuat dari logam/plastik ke dalam vagi na sampai tampak mulut rahim,
  3. Sperma dimasukkan melalui kateter, lalu ujung kateter dimasukkan melalui mulut rahim, sal leher rahim, sampai ke rongga rahim secara hati2 u/ menghindari cedera lapisan rongga rahim,
  4. Setelah ujung kateter berada di rongga rahim paling luas, sperma disemprotkan dari dalam kateter. Lalu kateter yang telah kosong ditarik kembali,
  5. Pasien tetap berbaring dengan posisi sama selama kurang lebih 1jam lalu pasien diperbolehkan pulang (lebih baik lagi kalo bed rest)

TINGKAT KEBERHASILAN?
Tingkat keberhasilan insem hanya sekitar 10%. Jika gagal lebih baik tidak diulang lebih dari 3X, karena menurut penelitian insem selama 3X jika lebih akan tetap memberikan kegagalan pada pelaksanaan selanjutnya. Oleh karena itu disarankan agar melakukan program lain seperti IVF (bayi tabung).

Untuk informasi selengkapnya , silahkan hubungi kami.

 768 total views,  1 views today