Anda Anemia? Makanlah Kurma 

 oleh dr. Prita Kusumaningsih, SpOG

Pernahkah anda mengalami hal berikut:  ketika bangkit dari duduk lesehan hendak berdiri, tiba-tiba pandangan terasa berkunang-kunang atau gelap sesaat? Hati-hati, mungkin anda sedang menderita anemia. Apalagi kalau sering merasakan gejala 4L, yaitu letih, lelah, lesu, lemah, maka makin kuat dugaan anemia tersebut.

Anemia sering disebut dengan istilah awam ‘kurang darah’. Namun sering dikacaukan dengan  “darah rendah”. Tepatnya tekanan darah rendah atau hipotensi. Hal ini sangat berbeda, meskipun gejalanya hampir mirip. Tekanan darah menggambarkan kerja jantung dan elastisitas dinding pembuluh darah. Sedangkan anemia adalah istilah yang dipakai untuk menyebut kadar hemoglobin (Hb) yang rendah dalam darah.

Untuk mengetahui anemia atau tidak memang harus diketahui kadar hemoglobin dalam darah kita. Hal ini bisa diperiksa di laboratorium. Kadar Hb normal untuk wanita adalah 12 – 15 gr% ,  sedangkan untuk pria adalah 14 –16 gr%. Khusus untuk ibu hamil, batas kadar Hb yang dianggap normal adalah 11 gr %.  Hal ini dikarenakan pada kehamilan terjadi pengenceran darah. Fungsi haemoglobin adalah sebagai pembawa oksigen ke seluruh tubuh.

Klasifikasi anemia yang lebih lengkap adalah :  anemia ringan apabila Hb 9 – 11,9 gr%,  anemia sedang apabila Hb 6 –  8,9 gr%,  dan anemia berat apabila Hb kurang dari 6 gr%.

 Siapa saja yang rawan terkena anemia?

Dari penelitian yang dilakukan ternyata didapatkan anak-anak usia sekolah, remaja putri, dan ibu hamil sangat berpeluang menderita anemia. Remaja putri dan wanita usia produktif rentan mengalami anemia karena kurang menerapkan makan makanan sehat (misalnya: makanan “fast food”), sementara setiap bulannya mereka mengeluarkan darah haid. Penyebab anemia terbesar di Indonesia adalah karena kekurangan zat besi. Bahkan ibu hamil yang menderita anemia di Indonesia mencapai 65%. Bandingkan dengan di Amerika yang hanya 6%.  Menurut WHO, 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan.

Cara mudah mendeteksi kemungkinan anemia adalah dengan melihat selaput lendir kelopak mata bawah bagian  dalam.  Apabila warnanya pucat, maka bisa jadi pemiliknya menderita anemia. Lebih lanjut anemia dapat tergambar dari bibir yang tampak pucat (waspadalah bagi pengguna cat bibir karena dapat menutupi warna bibir yang pucat sehingga tanda anemia jadi tersamar), demikian pula warna telapak tangan dan kuku.

Apa penyebabnya dan apa pula akibatnya?

Sangat banyak penyebab anemia, namun penyebab yang paling umum adalah kekurangan unsur zat besi dalam makanan.  Kurangnya zat besi tersebut bisa juga karena gangguan penyerapan, gangguan penggunaan, dan karena terlalu banyak zat besi yang keluar tubuh (misalnya pada perdarahan). Beberapa kondisi yang menyebabkan dan memerparah defisiensi besi tersebut adalah : infeksi kronik, penyakit hati, dan thalasemia.

Jenis anemia yang lain, misalnya anemia hemolitik (penyebabnya adalah penghancuran sel darah merah yang lebih cepat  daripada pembuatannya),  anemia hipoplastik (disebabkan oleh kegagalan sumsum tulang dalam pembuatan sel darah merah), anemia megaloblastik (diakibatkan oleh kekurangan asam folat), anemia karena penyakit (misalnya: malaria, gagal ginjal kronis, penyakit hati,  kanker,  atau serangan cacing tambang)

Akibat anemia, yang umum adalah gejala 4L seperti yang sudah disebutkan di atas. Namun pada ibu hamil dapat terjadi akibat-akibat lain yang lebih berat, misalnya: keguguran, persalinan prematur, persalinan lama, perdarahan pasca persalinan (bayangkan: sudah kekurangan darah, terjadi perdarahan pula),  infeksi, sampai ke payah jantung.  Anemia ibu hamil dapat pula ‘menular’ ke janinnya, artinya ibu hamil tersebut akan melahirkan bayi yang cadangan zat besi dalam darahnya rendah. Belum lagi risiko bayi terlahir dalam keadaan berat lahir rendah atau bahkan cacat bawaan!

Bagaimana pengobatannya?

Terapi anemia defisiensi besi adalah dengan memberikan sediaan zat besi.  Bisa dari golongan ferrosulfat,  ferroglukonas,  ferrofumarat. Semuanya berupa tablet yang ditelan atau dihisap.  Akan tetapi bila dijumpai anemia yang berat atau seseorang yang tidak tahan apabila harus mengonsumsi tablet besi terus menerus maka dapat diberikan terapi berupa infus iron sukrosa atau transfusi.

Bagaimana pencegahannya?   

Mencegah anemia sebenarnya cukup mudah, asalkan kita mengerti tentang bahan-bahan makanan yang mengandung zat besi.

Makanan tersebut adalah :  sayur dan buah yang berwarna, serta makanan yang mengandung protein hewani.  Misalnya: susu, hati, daging, telur, dan ikan.  Buah kurma juga diketahui merupakan sumber zat besi yang baik.  Selain itu dianjurkan juga mengonsumsi bahan makanan  yang memudahkan penyerapan zat besi, misalnya : vitamin C.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 626 total views,  1 views today