Tugas seorang ibu tidak bisa dibilang ringan dan tidak boleh dianggap ringan. Setelah berjuang habis-habisan untuk melahirkan bayi, kehilangan tenaga dan darah yang cukup lumayan, segera disusul dengan masa kurang tidur karena meladeni bayi baru lahir yang hobi ngalong.
Dan satu tugas lagi yang juga mulia dan berharga adalah memberikan ASI eksklusif. Kegiatan menyusui eksklusif ini adalah kegiatan yang sangat menguras energi dan sangat ‘prime time’ (bahasa halus dari “menyita waktu”).
Di bulan Ramadhan ini masih banyak saya jumpai, ibu habis melahirkan, memberi ASIX, bayinya ngalong, dan…..masih harus menyiapkan makan sahur keluarganya! Belum lagi kalau kakak-kakaknya si bayi juga masih dalam usia balita. Sehingga saat kontrol, yang saya jumpai adalah ibu yang lesu, pucat, dan terkadang tekanan darahnya naik karena kurang tidur. Semoga ini tidak terjadi pada ibu-ibu MPer dikarenakan bapak MPer selalu ringan tangan dan siaga selalu!
Oya, masih ditambah lagi dengan termakan mitos sesat :
“Ibu baru melahirkan dilarang tidur pagi hari atau siang hari. Nanti darah putih naik ke mata!”
“Eitt, jangan makan ikan-ikanan. Daging juga gak boleh. Nanti gatal dan darah nifasnya bau!”
Nah, lengkap, kan?
Apa sebenarnya yang terjadi pada masa nifas?
1) Pengecilan rahim (involusi uterus)
Rahim yang tadinya melar karena dihuni oleh bayi seberat 3 kilo lebih, secara perlahan-lahan akan kembali ke ukuran semula, yaitu segenggaman tangan (kurang lebih berukuran 7 sentimeter dan beratnya 60 gram). Sebuah penyusutan yang sangat dramatis! Dan hal itu dicapai dalam waktu 6 pekan (40 hari). Pasca persalinan yang pertama, otot-otot rahim masih sinkron dan menyusut dengan serempak. Namun pasca persalinan kedua dan seterusnya, sinkronitas itu berkurang. Yang terjadi adalah sekelompok otot menyusut, disusul sekelompok yang lain. Kondisi ini menyebabkan nyeri pasca persalinan, yang dinamakan “his pengiring” (after pain). Semakin banyak persalinan, semakin lama his pengiring berlangsung. Bahkan bisa berhari-hari.
Ibu yang kurang gizi akibat banyak pantang ini itu, anemia, mengalami infeksi, akan terganggu pula proses pengecilan rahimnya. Sehingga terjadilah proses involusi rahim yang kurang baik. Akibatnya adalah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Dan kondisi ini berbeda dengan nifas, karena yang keluar adalah darah segar dan banyak.
2) Pengeluaran sisa-sisa kehamilan
Dinding rahim tempat melekatnya plasenta mengalami luka terbuka, namun perlahan-lahan akan menyembuh. Sisa-sisa perlekatan, selaput-selaput halus, sel-sel mati akan keluar melalui vagina. Inilah yang dinamakan darah nifas. Semakin lama warna darah nifas berubah. Yang awalnya merah gelap, menjadi kecoklatan, makin lama makin memudar, menguning, dan akhirnya putih. Keseluruhan pembersihan ini juga memakan waktu maksimal 6 pekan. Kenapa maksimal? Karena ada juga yang belum sampai 6 pekan sudah bersih. Hal ini sesuai juga dengan tinjauan fiqh, dimana masa nifas itu tidak ada minimalnya. Dalam sejarah kita kenal dengan Fathimah ra. yang tidak pernah mengalami nifas usai persalinannya, sehingga beliau pun tidak pernah meninggalkan sholat karenanya.
3) Kembalinya metabolisme tubuh
Selama kehamilan terjadi beberapa perubahan misalnya pengenceran darah (akibatnya kadar hemoglobin turun) dan retensi cairan (akibatnya kaki bengkak). Setelah bayi lahir, secara berangsur tubuh akan kembali ke metabolisme awal. Kekentalan darah kembali normal dan tubuh membuang timbunan cairan. Karena itu sering dijumpai, seorang ibu hamil yang mempunyai kadar hemoglobin 10 gr%, ternyata setelah bersalin (yang notabene terjadi pengeluaran darah) kadar hemoglobinnya malah naik menjadi 10,5 gr% , misalnya. Sedangkan pembengkakan kaki menjadi berkurang karena cairan yang selama ini ditimbun terbuang melalui air seni.
4) Pengeluaran ASI
Masalah produksi ASI ini yang sering dikhawatirkan oleh para ibu bahkan sejak hamil tua. Padahal secara otomatis hormon prolaktin akan bekerja setelah bayi lahir. Ada yang semenjak proses persalinan, ada yang sudah dimulai pas hamil, namun ada juga yang baru berespon setelah 24 jam persalinan. Yang jelas, 99% ibu akan bisa memroduksi ASI dengan baik. Yang perlu diperhatikan semenjak hamil adalah justru puting payudara (ingat, bukan besar kecilnya ukuran payudara). Sebaiknya perawatan payudara termasuk putingnya dilakukan setelah usia kehamilan melewati 20 pekan. Terutama apabila puting datar atau melesak ke dalam. Meskipun ada yang mengatakan puting datar tetap bisa menyusui dengan baik, namun saya menyarankan tetap harus ada perawatan dan treatment khusus.
Proses menyusui sangat terkait dengan kondisi psikis ibu. Karena itu, kalau godaan dari keluarga besar untuk memberikan sufor cukup besar, lebih baik mengungsi dan mengunci diri dalam kamar kemudian menyusui dengan tenang. Ini resepnya untuk bisa memberikan ASIX dengan baik:
YAKIN bahwa “ASI akan keluar lancar”.
PERCAYA DIRI bahwa “Saya akan bisa menyusui dengan baik”
TENANG saat “mendengar bayi menangis kencang melengking atau merengek-rengek tiap sebentar”
SABAR dalam proses “belajar menyusui dan mengajar bayi menyusu” .
Sumber : http://drprita.multiply.com/reviews
183 total views, 2 views today
Recent Comments