Semenjak bersekolah di SD kita sudah diberikan pemahaman tentang pentingnya makanan bergizi. Dan untuk memudahkan, dicetuskanlah slogan yang cukup mudah diingat yaitu 4 Sehat 5 Sempurna (4S 5S), oleh (alm) Prof. Poorwo Sudarmo, seorang pakar gizi. Artinya, dalam makanan yang kita konsumsi sehari-hari hendaknya mengandung 4 unsur zat gizi, yaitu karbohidrat (didapat dari makanan pokok), protein (dari tahu, tempe, daging-dagingan dan telur), mineral (dari sayur-sayuran), dan vitamin (dari buah-buahan). Keempat unsur “sehat” tersebut akan menjadi sempurna (5 “sempurna”) manakala ditambah dengan satu jenis minuman multimanfaat yaitu susu.

Sampai dengan awal 2011 pun slogan tersebut masih saya gunakan sebagai nasihat untuk panduan makan ibu hamil. Cuma yang versi saya, ada tambahannya yaitu “4 Sehat 5 Sempurna 6 Halal”. Kehalalan, seharusnya juga menjadi hal yang penting untuk dipertimbangkan sebelum menyantap makanan. Cara mudahnya adalah dengan mencari logo halal versi MUI atau Majelis Ulama negara setempat apabila kita membeli makanan impor atau di luar negeri. Mengapa penting untuk meneliti ada tidaknya sertifikasi halal MUI? Tak lain karena ditengarai bahwa 47% makanan ternyata logo “halal”nya bodong, alias aspal (detik.com 11/2)

Kembali ke slogan 4S5S, ternyata sudah dieliminasi sejak 1992 oleh FAO (badan PBB untuk Pangan dan Pertanian). Namun baru diadopsi oleh Indonesia pada 1995. Ironisnya selama 16 tahun ternyata kurang disosialisasikan (!). Baru akhir Januari yang lalu ditegaskan bahwa slogan tersebut sudah ditinggalkan dan diganti dengan konsep “Gizi Berimbang”. Tak heran, muncullah beberapa pertanyaan, seperti : “Lho kok kita baru tahu, sih? Memang kenapa dengan 4S5S?“, atau “Unsur-unsur apa saja yang harus berimbang?”, juga “Bagaimana perbandingan yang sehat itu?”

Prinsip 4S5S dianggap tidak relevan lagi dengan perkembangan ilmu Gizi karena susunan makan yang terdiri dari 4 kelompok tersebut belum tentu sehat, karena bergantung pada kecukupan porsi dan variasi zat gizinya. Misalnya, dalam satu set hidangan sudah terkandung 4 unsur gizi sehat. Namun ternyata cuma nasi dan sayur saja yang banyak, sedangkan sumber protein hanya sepotong kecil tempe atau telur dibelah 8 (karena dibagi rata seluruh keluarga…..), maka jelas komposisi seperti itu tidak bisa dikatakan sehat.
Menurut Idrus Jus’at (ahli gizi dari univ. Indonusa Esa Unggul), konsep “Gizi Seimbang” tidak hanya memperhatikan sumber zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak, dan air) dan zat gizi mikro (vitamin dan mineral), tapi juga harus memperhatikan faktor eksternal seperti usia, aktivitas fisik dan kondisi seseorang, kebersihan, dan berat badan ideal.

Di Indonesia, PGS divisualisasikan dalam bentuk tumpeng dan nampannya yang disebut Tumpeng Gizi Seimbang (TGS).
Sebagai alas tumpeng adalah air (2 liter), artinya air putih merupakan bagian terbesar dan zat gizi esensial. Setelah itu ada potongan besar karbohidrat (2-8 porsi). Di atasnya lagi merupakan sumber serat, vitamin dan mineral yaitu sayur (3-5 porsi), buah-buahan (2-3 porsi). Setelah itu baru protein hewani (daging-dagingan) dianjurkan dikonsumsi 2-3 porsi, dan protein nabati (kacang-kacangan dan hasil olahannya) juga 2-3 porsi. Terakhir, di puncak tumpeng adalah garam, minyak, dan gula yang porsinya adalah secukupnya saja alias sedikit.
Dan sebagai nampan tumpeng adalah olahraga teratur, menjaga kebersihan, dan memantau berat badan. (nin)

Catatan : Prof. Poorwo Sudarmo telah wafat pada 2003 dalam usia 99 tahun dan dimakamkan di TMP Kalibata. Kita hargai jasa beliau dengan konsep 4 Sehat 5 Sempurnanya

Bahan dari Kompas, 29 Januari 2011, detik.com

 220 total views,  2 views today