Disusun oleh: drg. Cerry Puspa Sari

 

 

Penggunaan obat kumur merupakan langkah tambahan di dalam perawatan kebersihan mulut secara mekanis. Pembersihan secara mekanis berupa penggunaan sikat gigi dan benang gigi atau sikat interdental masih menjadi perawatan utama dalam pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut, tidak dapat digantikan dengan hanya menggunakan obat kumur saja. Pemberian obat kumur dilakukan hanya pada kondisi tertentu ketika terlihat pembersihan plak secara mekanis tampak tidak mencukupi. Obat kumur sendiri memiliki keuntungan dapat mencapai area yang tidak dapat diakses dengan mudah oleh sikat gigi.

 

Obat kumur tidak dianjurkan untuk anak berusia di bawah enam tahun, kecuali jika memang dianjurkan oleh dokter gigi. Hal ini terkait kemungkinan tertelannya obat kumur akibat refleks menelan yang mungkin belum terbentuk sempurna pada anak. Jika obat kumur tertelan dapat menimbulkan efek buruk seperti mual, muntah, dan intoksikasi/keracunan (akibat kandungan alkohol di dalam beberapa obat kumur). Oleh karena itu, periksa label produk unutk melihat anjuran usia dan hal-hal tertentu yang harus diperhatikan. 

 

Obat kumur tersedia baik dalam bentuk dijual bebas maupun dalam bentuk diresepkan, bergantung pada formulasinya. Contohnya, obat kumur yang mengandung essential oil tersedia di toko-toko, sementara yang mengandung klorheksidin hanya tersedia melalui peresapan. 

 

Tipe obat kumur

Secara umum, terdapat dua tipe obat kumur: kosmetik dan terapeutik. Obat kumur kosmetik dapat mengontrol bau mulut secara sementara dan meninggalkan rasa segar setelah berkumur. Sedangkan obat kumur terapeutik memiliki kandungan bahan aktif yang ditujukan  untuk membantu mengontrol atau mengurangi kondisi seperti bau mulut, radang gusi, plak, dan gigi berlubang dengan cara membunuh bakteri tertentu. 

 

Beberapa bahan aktif yang digunakan di dalam obat kamur terapeutik meliputi:

  1.  Cetylpyridinium chloride. Bahan aktif ini dapat digunakan untuk mengurangi bau mulut. 
  2. Klorheksidin. Bahan aktif ini memiliki aktivitas antibakteri dan antijamur. Sehingga efektif untuk digunakan mencegah pembentukakn plak dan perkembangan radang gusi. Namun, penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan noda kuning-kecoklatan pada permukaan gigi dan dapat merubah persepsi rasa pada lidah sehingga tidak dianjurkan untuk digunakan dalam jangka waktu panjang. 
  3. Essential oil. Bahan ini dapat digunakan untuk membantu mencegah pembentukan plak dan radang gusi dan dapat dijadikan pilihan sebagai obat kumur untuk penggunaan jangka panjang.
  4. Fluor. Bahan aktif ini sudah terbukti dapat membantu dalam mencegah terjadinya gigi berlubang.
  5. Hidrogen Peroksida. Bahan ini dapat dijumpai di dalam beberapa obat kumur yang memiliki efek memutihkan gigi. Obat kumur ini hanya boleh digunakan melalui peresepan dari dokter gigi dan tidak dianjurkan untuk digunakan secara rutin. Kesalahan penggunaan obat kumur yang mengandung peroksida dapat mengganggu mikroflora normal di dalam mulut sehingga justru berdampak mendorong pertumbuhan jamur yang berlebihan.
  6. Sodium bikarbonat. Bahan ini efektif untuk membuang kotoran di dalam rongga mulut serta mencegah timbulnya gigi berlubang melalui efek mengencerkan air liur agar dapat memberikan perlindungan optimal di seluruh permukaan gigi dan efek pengurangan keasaman rongga mulut.

Pertimbangan pemberian obat kumur

Beberapa kondisi berikut memerlukan penggunaan obat kumur antara lain:

  1. Pasca pencabutan gigi atau operasi kecil di dalam rongga mulut.
    Pemberian obat kumur dalam kondisi ini bertujuan untuk membantu pembersihan rongga mulut yang terkadang sulit dilakukan di area luka dan untuk mencegah terjadinya infeksi di area luka akibat pembersihan yang kurang optimal.
  2. Bau mulut.
    VSC (volatile sulfur compound) merupakan faktor utama yang berkontribusi terhadap timbulnya bau mulut. VSC ini muncul dari berbagai sumber, misalnya sisa makanan, plak gigi, dan bakteri terkait penyakit mulut. Obat kumur kosmetik dapat menutupi bau mulut sementara dan memberikan rasa segar, tetapi tidak memliki efek pada bakteri atau VSC. obat kumur dengan agen terapeutik seperti antimikroba, dapat efektif untuk kontrol bau mulut dalam jangka waktu yang lebih panjang.
  3. Radang gusi.
    Penggunaan obat kumur yang mengandung bahan antimikroba seperti klorheksidin, dan essential oil telah terbukti menunjukan pengurangan plak dan radang gusi ketika dikombinasikan dengan penyikatan gigi dan pembersihan area interdental setiap hari.
  4. Risiko tinggi mengalami gigi berlubang.
    Ion fluor yang dapat mendukung remineralisasi dapat ditemukan pada beberapa obat kumur. Tinjauan sistematis menunjukan bahwa penggunaan obat kumur yang mengandung fluor secara teratur dapat mengurangi terjadinya gigi berlubang pada anak.
  5. Mulut kering.
    Kondisi ini mumnya diakibatkan oleh berkurangnya jumlah air liur.  Akibatnya, risiko terjadinya gigi berlubang akan meningkat karena berkurangnya faktor pelindung dari air liur. Pemberian obat kumur mengandung fluor akan membantu untuk mengatasi masalah ini. selain itu dianjurkan menggunakan obat kumur tanpa kandungan alkohol yang dapat membuat mulut bertambah kering.
  6. Pereda nyeri lokal di dalam rongga mulut.
    Obat kumur yang dapat meredakan nyeri kebanyakan mengandung anestetik lokal topikal seperti lidokain, benzokain/butamin, dyclonine hydrochloride, tau fenol. selain itu, sodium hyaluronate, polyvinylpyrrolidine, dan glycyrrhetinic acid dapat bertindak sebagai lapisan penutup pada area rongga mulut yang mengalami kondisi sariawan.
  7. Memutihkan gigi.
    Obat kumur dapat mengurangi noda ekstrinsik pada permukaan gigi ketika ditambhakan bahan aktif seperti karbamid peroksida atau hidrogen peroksida.

 

Informasi yang harus diperhatikan terkait penggunaan obat kumur:

  • Gunakan obat kumur yang diresepkan sesuai dengan anjuran (seperti dosis, frekuensi, dan lamanya obat kumur ditahan di dalam mulut). Jika dosis terlewat, gunakan obat kumur segera mungkin namun tidak perlu menggandakan dosis. 
  • Untuk produk yang dijual bebas, pastikan obat kumur telah disetujui oleh BPOM.
  • Penggunaan obat kumur tidak dapat menggantikan penyikatan gigi dan pembersihan area interdental. Obat kumur dapat memberikan keuntungan tambahan terkait pengurangan risiko bau mulut, gigi berlubang, atau penyakit gusi, atau untuk meredakan gejala mulut kering atau nyeri akibat adanya sariawan di dalam mulut.
  • Anak berusia di bawah enam tahun sebaiknya tidak menggunakan obat kumur karena obat kumur dapat tertelan, kecuali jika memang dianjurkan oleh dokter gigi. 

 

Referensi:

  1. Harrison, Peter. Plaque Control and Oral Hygiene Methods. Irish Dental Association. http://www.lenus.ie/hse
  2. ADA (American Dental Association). 2019. Mouthwash (Mouthrinse) Oral Health Topics. http://www.ada.org
  3. Singapore Ministry of Health. 2004. MOH nursing clinical practice guidelines. 1: Nursing Management of Oral Hygiene. http://www.moh.gov.sg

 377 total views,  1 views today