Sepuluh Langkah Inisiasi Menyusui Dini

  1. Anjurkan suami atau keluarga mendampingi saat persalinan.
  2. Hindari penggunaan obat kimiawi dalam proses persalinan.
  3. Segera keringkan bayi tanpa menghilangkan lapisan lemak putih (verniks).
  4. Dalam keadaan ibu dan bayi tidak memakai baju, tengkurapkan bayi di dada atau perut ibu agar terjadi sentuhan kulit ibu dan kulit bayi dan kemudian selimuti keduanya agar tidak kedinginan.
  5. Ajarkan ibu memberikan sentuhan kepada bayi untuk merangsang bayi mendekati puting.
  6. Biarkan bayi bergerak sendiri mencari puting susu ibunya.
  7. Biarkan kulit bayi bersentuhan langsung dengan kulit ibu selama minimal 1 jam walaupun proses menyusu telah terjadi. Bila belum terjadi proses menyusu hingga 1 jam, biarkan bayi di dada ibu sampai proses menyusu selesai.
  8. Tunda tindakan lain seperti menimbang, mengukur, dan memberikan suntikan vitamin K sampai proses menyusu pertama selesai.
  9. Proses menyusu dini dan kontak kulit ibu dan bayi harus diupayakan meskipun ibu melahirkan dengan cara operasi atau tindakan
  10. Berikan ASI saja tanpa minuman atau cairan lain kecuali ada indikasi medis yang jelas.

Kesepuluh prinsip itulah yang mendasari penyelenggaraan Inisiasi Menyusu Dini.
Meskipun saya sudah menjalankan selama 2 tahun terakhir ini dalam menatalaksana bayi baru lahir namun tetap saja masih terdapat kekurangan di sana sini.

Beberapa kekurangan tersebut antara lain :

Dari pihak ibu :

  1. Ibu merasa lelah dan ingin istirahat saat proses persalinan selesai termasuk proses perbaikan jalan lahir. Tak jarang memang, sebelum proses persalinan yang sebenarnya, ibu sudah merasa kesakitan, yang meski dalam skala ringan namun cukup bisa mengganggu kepulasan tidur. Karenanya, baru sesaat memeluk bayi yang baru dilahirkannya (proses IMD), maka mereka pun sudah meminta agar bayi tersebut segera diangkat . “Saya sudah dua hari tidak tidur, dok. Sekarang ngantuk berat, mau tidur dulu”.
  2. Ibu merasa kesulitan memosisikan bayi di dadanya. Apalagi kalau di tangannya ada selang infus. “Licin,nih. Dipeluknya melorot terus. Tolong diambil saja, ya dok”
  3. Merasa hopeless dengan pengalaman anak terdahulu, dimana ASI baru keluar setelah hari ketiga, atau para ibu yang memiliki puting payudara datar (flat nipple) atau masuk ke dalam (inverted nipple), dalam bahasa Jawanya ‘mendelep’.

Dari segi suami/keluarga ibu bersalin:
Mereka ingin segera tahu data2 bayi yang baru lahir. Misalnya: berat berapa? Panjang berapa? Tujuannya, ingin segera memberikan kabar gembira ini kepada sanak keluarga yang lain. Tidak jarang lho, saat mendampingi istrinya sang suami masih disibukkan dengan hape. Satu tangan memeluk istri, tangan yang lain menjawab panggilan. Saat bayi lahir, yang dilakukan pertama adalah memencet tombol hape….kasih kabar :”Nih, bayiku sudah lahir!”

Dari segi penolong persalinan :
Bidan ingin segera membereskan pekerjaannya, yaitu membersihkan, menimbang, mengukur, dan membedong bayi. Kemudian ada lagi: memberikan obat tetes mata dan menyuntikkan vitamin K. Setelah itu melakukan pencatatan di rekam medik. Kalau masih harus menunggu minimal 1 jam lagi….kapan beres2nya?

Dari segi bayi:

  1. Sebetulnya hampir tidak ada kendala dari pihak bayi, karena bayi akan malah bahagia berada di dada ibunya. Hangat dan menenteramkan. Sembari mendengarkan detak jantung ibu…suasananya persiiiis seperti waktu di dalam rahim…rumahnya selama 9 bulan. Karena itu hampir semua bayi yang sedang IMD pasti tenang dan tidak menangis. Meskipun hal ini sering juga menimbulkan pertanyaan bagi kedua orang tuanya :”Kok, bayi saya diam saja ya, tidak menangis?”
  2. Bayi baru menangis berkoar-koar setelah diangkat dari dada ibunya.
  3. Bayi baru lahir yang kondisinya stabil namun mengalami sedikit hambatan nafas (ditandai dengan adanya pernafasan cuping hidung), tetap dapat dilakukan IMD sembari diberikan selang Oksigen di hidungnya.
  4. Sayangnya, bayi yang lahir dengan cara operasi sesar belum dapat merasakan IMD.

Apakah ada yang punya pengalaman menarik dengan IMD?

 176 total views,  1 views today